Delightedream Website

  • Kumpulan artikel Islami, sesuai pemahaman salafusshalih.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

JAGALAH DZIKIR PAGI DAN SORE

Jangan lewatkan dzikir pagi dan sore karena diantaranya terdapat dzikir untuk:

1. Menggugurkan dosa meskipun sebanyak buih di lautan, 2. Melindungi dari godaan setan, 3. Menjaga dari musibah yang datang dengan tiba-tiba, 4. Keselamatan dunia dan akherat, 5. Kesehatan badan dan kekuatan hati, 6. Dijauhkan dari keburukan di hari tua (seperti pikun, dll) 7. Mendapatkan ridho Allah, dan masih banyak lagi..

⚠️ Maka dari itu menjaga dzikir pagi dan petang adalah kekuatan dan perisai bagi orang-orang beriman..

Tidak pernah Ada Orang Jadi Miskin karena Sering Sedekah

Kami tidak pernah mendengar sama sekali.

Kisah orang yang rajin berinfak dan sedekah. Kemudian jatuh miskin, bangkrut dan sengsara hidupnya.

Justru semakin kaya hati dan bahagia kehidupannya. Dengan berkahnya pekerjaan, bisnis dan perdagangan.

“Harta seorang hamba tidak akan berkurang karena shadaqah.” (HR. Riwayat Tirmidzi, shahih)

JANGAN SIBUKKAN DENGAN HAL YANG TIDAK BERMANFAAT

“Di antara kebaikan Islamnya seseorang adalah dia meninggalkan sesuatu yang bukan urusannya.”

(HR. At-Tirmidzi 9/196, Ibnu Majah 3976)

Saatnya kita sibuk dalam kebaikan dan perbuatan yang diridhai Allah ‘Azza wa Jalla. Memperbanyak amal shalih agar dicintai Allah ‘Azza wa Jalla. Berlomba-lomba dalam kebaikan agar kehidupan kita lebih barakah sehingga saat menghadap Allah ‘Azza wa Jalla, kita tergolong hamba-hamba-Nya yang akan memperoleh rahmat dan surga-Nya.

Doa Agar Semua Takdir Kita Baik

ALLOHUMMA INNI AS-ALUKA MINAL KHOIRI KULLIHI ‘AAJILIH WA AAJILIH, MAA ‘ALIMTU MINHU WA MAA LAM A’LAM. WA A’UDZU BIKA MINASY SYARRI KULLIHI ‘AAJILIH WA AAJILIH MAA ‘ALIMTU MINHU WA MAA LAM A’LAM. ALLOHUMMA INNI AS-ALUKA MIN KHOIRI MAA SA-ALAKA ‘ABDUKA WA NABIYYUK MUHAMMADUN SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM. WA A’UDZU BIKA MIN SYARRI MAA ‘AADZA BIHI ‘ABDUKA WA NABIYYUK. ALLOHUMMA INNI AS-ALUKAL JANNAH WA MAA QORROBA ILAIHAA MIN QOULIN AW ‘AMAL. WA ‘AUDZU BIKA MINAN NAARI WA MAA QORROBA ILAIHAA MIN QOULIN AW ‘AMAL. WA AS-ALUKA AN TAJ’ALA KULLA QODHOO-IN QODHOITAHU LII KHOIROO.

Artinya:

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu semua kebaikan yang disegerakan maupun yang ditunda, apa yang aku ketahui maupun tidak aku ketahui. Aku berlindung kepada-Mu dari semua keburukan, baik yang disegerakan maupun yang ditunda, yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu dari kebaikan apa yang diminta oleh hamba dan Nabi-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari apa yang diminta perlindungan oleh hamba dan nabi-Mu. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu surga dan apa yang mendekatkan kepadanya baik berupa ucapan maupun perbuatan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan apa yang mendekatkan kepadanya baik berupa ucapan atau perbuatan. Dan aku memohon kepada-Mu semua takdir yang Engkau tentukan baik untukku.

(HR. Ibnu Majah, no. 3846 dan Ahmad, 6:133. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).

Kita buka media ini dengan membaca: Bismillah

Allâahumman-fa’niy bimaa ‘allamtaniy wa 'allimniy maa yanfa’uniy, wa zidniy ‘ilman

“Ya Allâah, berilah manfaat kepadaku dengan apa-apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah aku apa-apa yang bermanfaat bagiku, Dan tambahkanlah ilmu kepadaku.”

(HR. at-Tirmidzi:3599, dan Ibnu Majah: 251, 3833)

Sep 9, 2015

Nama lain salaf atau salafiyyah



Salaf atau Salafiyah memiliki nama-nama lain, di antaranya:

1. Al-Jama’ah.
2. Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
3. Ahlul Hadits.
4. Ahlul Atsar
5. Jama’atul Muslimin.
6. Al-Fiqatun Najiyah
7. Ath-Tha-ifah al-Manshurah.
8. Ahlul Ittiba’.
9. Al-Ghurabaa’.

Generasi awal dari Salafush Shalih, yaitu para Shahabat radhiyallahu ‘anhum, pada masa mereka tidaklah memiliki nama, gelar, serta nisbat yang membedakan mereka dengan firqah sesat yang ada pada zaman mereka. Hal itu karena mereka adalah orang-orang yang mengamalkan ajaran Islam secara utuh. Namun ketika munculnya firqah-firqah sesat dari kalangan ahlul ahwa’ (pengikut hawa nafsu), ahlul bid’ah (orang-orang yang menyeru kepada bid’ah), dan ahlu syubhat (orang-orang yang mencampur-adukkan antara kebenaran dan kebathilan), maka tampaklah nisbat serta gelar yang syar’i bagi mereka, yang membedakan antara mereka dengan firqah-firqah sesat yang ada.

Gelar dan nisbat tersebut bersumber dari hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih, atsar para Shahabat, dan penjelasan para ulama Ahlul Hadits, di antaranya adalah:

1. Al-Jama’ah

Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah berpecah belah menjadi 72 golongan. Sesungguhnya (umat) agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi 73 golongan, 72 golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga, yaitu al-Jama’ah.

[Shahih: HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimi (II/241), al-Aajurri dalam Asy-Syari’ah, al-Lalika-I dalam Syarah Ushul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama’ah (I/113, no. 150). Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 203-204).

2. Jama’atul Muslimin (Jama’ah Kaum Muslimin).

Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “…Hendaklah engkau berpegang teguh (bersatu) kepada jama’ah dan imam kaum Muslimin.” Kemudian Hudzaifah bertanya: “Bagaimana kalau mereka sudah tidak mempunyai jama’ah dan imam lagi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Jauhilah semua kelompok tersebut, meskipun engkau harus menggigit akar pohon, hingga engkau mati dalam keadaan semacam itu.”

[Shahih: HR. Bukhari (no. 3606, 7083) dan Muslim (no. 1847), ini lafazhnya.

Al-Qadhi Ibnu Abil ‘Izz al-Hanafi rahimahullah (wafat th. 792 H) berkata, “Al-Jama’ah ialah jama’ah kaum Muslimin, mereka adalah para Shahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari pembalasan.” [Syarah al-‘Aqidah ath-Thahawiyah (hal. 382) takhrij Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah].

3. Al-Firqatun Najiyah (Golongan yang Selamat).

Maksudnya selamat dari api Neraka. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyebutkan satu golongan umatnya yang selamat dari neraka. Beliau bersabda: “Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para Shahabatku berjalan di atasnya.”

[Hasan: HR. At-Tirmidzi (no. 2641) dan al- Hakim (I/129) dari Shahabat ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma. Lihat Dar-ul Irtiyaab ‘an Hadiits maa Ana ‘alaihi wa Ash-haabii oloeh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, cet. Darur Rayah, th. 1410 H]

Imam Al-Ajurri rahimahullah (wafat th. 306 H) berkata, “Selanjutnya, sesungguhnya beliau shalawaatullaahi wa salaamuhu ‘alaihi pernah ditanya, ‘Siapa yang selamat itu?’ Maka beliau ‘alaihish shalaatu was salaam menjawab, ‘Yang aku dan para Shahabatku berjalan di atasnya.’ Dalam hadits lain beliau menjawab, ‘Kelompok yang besar’, dalam hadits yang lain beliau menjawab, ‘Satu di dalam Surga, yaitu al-Jama’ah.” [Kitaabusy Syarii’ah (I/302), karya Imam al-Ajurri rahimahullah].

4. Ath-Tho-ifah al-Manshurah (Golongan yang Mendapat Perolongan Allah).

Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Senantiasa ada segolongan dari umatku yang selalu dalam kebenaran menegakkan perintah Allah, tidak akan mencelakai mereka orang yang melecehkan mereka dan orang yang menyelisihi mereka sampai dating perintah Allah dan mereka tetap di atas yang demikian itu.”

[Shahih: HR. Bukhari (no. 3641) dan Muslim (no. 1037(174), dari Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu].

Ada juga nama-nama dan gelar yang dinisbatkan kepada mereka dengan sebab berpegang teguhnya mereka kepada Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di hadapan ahlul bid’ah, di antara nama-nama itu adalah:

5. Salaf.
6. Ahlul Hadits.
7. Ahlul Atsar.
8. Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
9. Al-Ghurabaa’.

Nama-nama dan gelar-gelar yang mulia ini berbeda dengan nama-nama dan gelar-gelar firqah-firqah sesat, kelompok-kelompok, dan gerakan-gerakan yang ada dari beberapa sisi:

Pertama: Bahwa Salafyah/Ahlus Sunnah merupakan nisbat yang tidak pernah terpisah bahkan sekejap pun dari umat Islam semenjak terbentuknya Manhaj Nubuwwah. Gelar-gelar ini mencakup seluruh kaum Muslimi8n yang berada di atas jalan generasi pertama (para Shahabat) dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam memperoleh ilmu dan cara memahaminya serta cara berdakwah kepadanya.

Kedua: Bahwa ia mencakup seluruh Islam: Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka ia tidak dikhususkan dengan label yang menyelisihi Al-Qur’an dan As-Sunnah, baik dengan menambah maupun mengurangi keduanya.

Ketiga:
 Bahwa di antara gelar-gelar tersebut ada yang telah shahih berdasarkan Sunnah yang shahih, dan di antara gelar-gelar tersebut ada yang Nampak dan muncul ke permukaan pada saat menghadapi manhaj-manhaj (cara beragama) ahlul ahwa’ (pengekor hawa nafsu) dan firqah-firqah yang sesat guna membantah bid’ah-bid’ah mereka dan membedakan diri dengan mereka, tidak bergaul dengan mereka, dan menentang mereka. Maka ketika bid’ah telah muncul, mereka membedakan dirinya dengan Sunnah; ketika ra’yu (pendapat akal semata) dijadikan sebagai hakim, mereka membedakan diri dengan hadits dan atsar; dan pada saat bid’ah dan hawa nafsu telah menyebar di kalangan kaum khalaf, mereka membedakan diri dengan petunjuk Salaf, dan demikianlah seterusnya…

Keempat: Bahwasanya ikatan alwala’ dan bara’, mencintai dan memusuhi bagi mereka berdasarkan Islam, bukan yang lainnya. Tidak di atas label dengan nama tertentu, ia hanyalah di atas Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Kelima: Sesungguhnya gelar-gelar ini tidak mengajak untuk ta’ashshub (fanatik) kepada seseorang selain dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Oleh karena itu, menjadi jelaslah bahwa manusia yang berhak untuk disebut sebagai al-Firqatun Naajiyah adalah Ahlul Hadits was Sunnah. Mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki seseorang yang diikuti dan fanatic kepadanya, kecuali Rasulullah shaqllallahu ‘alaihi wa sallam.

Mereka adalah orang-orang yang paling mengetahui tentang sabda-sabda dan keadaan-keadaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan yang paling mengetahui mana yang shahih dan mana yang dha’if (lemah). Imam-imam mereka adalah orang-orang yang memahami sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengetahui makna-maknanya, mengikutinya, membenarkannya, mengamalkannya, mencintainya, mencintai orang-orang yang mencintainya, dan memusuhi orang-orang yang memusuhinya.

Mereka adalah orang-orang yang mengembalikan perkataan-perkataan yang masih mujmal (global) kepada apa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa berupa Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka mereka tidak menisbatkan suatu perkataan dan menjadikannya sebagai bagian dari prinsip-prinsip agama mereka apabila tidak shahih dari apa yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan mereka menjadikan Al-Qur’an dan Al-Hikmah (As-Sunnah) yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus dengannya sebagai prinsip yang mereka yakini dan mereka jadikan sandaran.

Keenam: Bahwasanya gelar-gelar ini tidak mengajak kepada bid’ah, perbuatan maksiat, fanatik kepada seseorang, dan tidak pula pada kelompok tertentu.[1]

Adapun firqah-firqah, golongan, aliran, dan hizb (kelompok/partai) yang lain dinisbatkan kepada kelompoknya atau golongannya atau ajarannya atau pemimin dan pencetusnya yang paling menonjol. Di antara firqah-firqah itu ialah Khawarij, Syi’ah, Qadariyyah, Jabariyyah, Jahmiyyah, Mu’tazilah, Murji’ah, Karramiyyah, Asy’ariyyah, Maturidiyyah, Thariqat-thariqat Shufiyyah, Ikhwanul Muslimin, Jama’ah Tabligh, Hizbut Tahrir, Sururiyyah, dan selainnhya.

(Disalin dari kitab Mulia Dengan Manhaj Salaf, karya Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafizhahullah, penerbit Pustaka At-Takwa, cet. 2)

—————————

Footenote:

[1] Lihat seputar nama-nama dan gelar-gelar ini dalam Hukmul Intimaa’ (hal. 40-45) karya Syaikh Bakr Abu Zaid, Wasathiyyah Ahlus Sunnah bainal Firaq (hal. 91-121) karya Dr. Muhammad Baa Karim bin Muhammad Baa ‘Abdullah, Mauqif Ahlis Sunnah min Ahlil Ahwa wal B ida’ (I/47-62) karya Syaikh Dr. Ibrahim bin ‘Amir ar-Ruhaili, Usus Manhaj Salaf fii Da’wati ilallaah (hal. 25-27) karya Fawwaz bin Hulail bin Rabah as-Suhaimi, dan al-Mukhtashar Hatsiits fii Bayaani Ushuuli Manhajis Salaf Ashhaabil Hadiits fii Talaqqid Diin wa Fahmihi wal ‘Amala bihi wad Da’watu ilaihi (al. 27-37) karya ‘Isa Malullaah Farj.


https://abuzuhriy.wordpress.com/2009/08/04/nama-lain-salaf-atau-salafiyyah/